Riatinggal di Dataran Tinggi Dieng. Ketika berbelanja, ia membeli baju dan selimut yang tebal, sedangkan Eka membeli pakaiann dan selimut yang tipis karena ia tinggal di Solo yang merupakan dataran rendah. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kebutuhan manusia adalah a. tingkat pendapatan b.
Ilustrasi. Dataran Tinggi Dieng. Foto Domain KBR, Banjarnegara – Top soil atau tanah lapisan atas di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, diperkirakan habis dalam jangka 20 tahun mendatang. Bersamaan dengan habisnya top soil yang merupakan lapisan tanah subur, pola mata pencaharian pertanian masyarakat Dieng pun diprediksi akan mati. Petugas Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung BP DASHL Serayu Opak Progo, Novan Hakim mengatakan, top soil Dieng tergerus lantaran pola tanam yang tak ramah lingkungan atau konservasi. Akibatnya, erosi semakin tinggi. Kini top soil Dieng rata-rata tinggal 40 sentimeter dan semakin menipis dengan cepat. Novan Hakim menyebut, penyebab pertama menipisnya top soil Dieng adalah alih fungsi hutan menjadi tanaman sayuran. Masalah lainnya muncul saat pola tanam tak mengindahkan konservasi, seperti menanam dengan pola memotong kontur tanah untuk menghindari genangan. Dalam jangka pendek, produksi pertanian akan tinggi. Tetapi, pola tanam ini akan menyebabkan laju erosi tanah semakin tinggi. Selain itu, di petani Dieng juga banyak memanfaatkan lahan di tanah miring lebih dari 45 derajat. Padahal, sesuai kaidah konservasi, tanah miring tak layak dan tak boleh ditanami lantaran berisiko tinggi mempercepat degradasi tanah. Dari penelitian yang dilakukan, jenis tanaman yang dibudidayakan tak terlampau berpengaruh terhadap kecepatan erosi tanah. Paling berpengaruh, kata dia, adalah pola tanamnya. “Top soil, di daerah atas, Dieng, itu diprediksi kalau dari segi pertanian, hanya bertahan 20 tahun sampai 30 tahun. Top soil akan habis. Penyebab utama sebenarnya manusia, karena pola budidaya. Kalau penanaman sayur, idealnya itu tidak air tergenang. Memotong alur, untuk menghindari air tergenang. Penanaman memotong alur itu, sama saja membuat lapisan atas bebas,” kata Novan Hakim, Senin 14/10/2019. Lebih lanjut Novan Hakim mengatakan erosi yang tinggi menyebabkan bahaya lainnya, yakni pendangkalan sungai. Sungai dangkal menyebabkan wilayah hilir berpotensi banjir. Sedimentasi atau pendangkalan juga menjadi masalah serius untuk waduk atau bendungan karena bakal mengurangi kapasitas daya tampung air. BP DASHL Serayu Opak Progo bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup DLH mengedukasi masyarakat untuk mengubah pola tanam agar sesuai kaidah konservasi. Petani juga diimbau menanam tanaman yang tetap menghasilkan secara rutin, tetapi juga bernilai konservasi, misalnya tanaman buah-buahan berkayu keras. Editor Agus Luqman
Tagar atau kata kunci Dieng masih menjadi trending topic di media sosial. Salah satunya adalah Twitter. Hingga Minggu (26/7/2020) pukul 18.30, ada lebih dari 13,5 ribu tweet yang membicarakan soal Dieng.. Kebanyakan dari isi tweet tersebut membahas soal embun upas atau fenomena kristal es yang kembali muncul di kawasan Dieng.. Jika diperhatikan, hampir setiap kemunculan embun upas
Kawasan Dieng yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang merupakan kawasan yang memiliki sejarah geologi panjang Kini, dengan proses geologi yang ada memunculkan belasan kawah dan telaga yang tersebar di sejumlah tempat Meski kini banyak yang dijadikan obyek wisata, tetapi secara rutin Pos Pengamatan Gunung Api Dieng melakukan pemantauan. Sebab, kawah masih memungkinan meletus dan mengeluarkan gas beracun Dengan kekayaan sejarah geologi, kultur dan hayati, Dieng sempat dibicarakan agar supaya menjadi Geopark Kabut dan temperatur dingin menjadi sebuah kewajaran sehari-hari di kawasan Pegunungan Dieng yang berada di perbatasan antara Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah. Tidak mengherankan, kalau masyarakatnya juga beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Sarung, penutup kepala, dan di rumah dipastikan mempunyai tungku untuk pemanas sebagai hal yang wajib bagi penduduk Dieng. Tidak hanya alamnya yang indah, Dieng masih menyisakan belasan kawah aktif yang terbesar di tiga kabupaten. Pos Pengamatan Gunung Api Dieng mencatat, di Wonosobo ada kawah Pakuwaja dan Sikendang, kemudian di Batang ada Kawah Gerlang, Wanapriya, Wanasida, Sibanger dan Siglah. Sedangkan paling banyak, kawah masuk wilayah administratif Banjarnegara, meliputi kawah Sinila, Timbang, Candradimuka, Sileri, Pager Kandang, Sikidang, Bitingan, dan Sibanteng. Dalam buku Anne S Troelstra yang terbit tahun 2016 berjudul Bibliography of Natural History Travel Narratives dituliskan bahwa Franz Wilhelm Junghuhn 1909-1864 berkebangsaan Jerman itu telah menjelajah Dieng sekitar tahun 1850-an. Junghuhn sangat berjasa sebagai peneliti dari berbagai perspektif mulai ilmu bumi, vulkanologi, geologi dan botani. Dari awal eksplorasi itulah, kemudian belakangan banyak ahli yang melakukan riset bagaimana terbentuknya kawasan di Dieng. baca Mengapa Embun Beku Dieng Muncul Lebih Dini? Kawasan Kawah Sikidang, salah satu kawah yang masih aktif di pegunungan dieng, Banjarnegara, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Dari referensi di situs resmi Badan Geologi Kementerian ESDM dan Forum Geosaintis Muda Indonesia FGMI menyebutkan, pembentukan pegunungan Dieng berdasarkan umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan. Dalam pembentukan pegunungan Dieng, ada tiga episode yakni formasi pra pra kaldera, episode kedua kaldera, dan episode ketiga aktivitas gunung api. Pada episode formasi pra kaldera, produk piroklastik Rogo Jembangan menutupi daerah utara dan selatan kompleks, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah. Kawah Tlerep yang berada di batas timur terbuka ke arah selatan membentuk struktur dome berkomposisi “hornblende” andesit. Krater vulkanik Prau ke arah utara dari Tlerep. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan lava andesity basaltis. Fase awal ini terjadi letusan besar dari Gunung Dieng yang menimbulkan Depresi Batur sebagai kaldera raksasa dataran tinggi dieng. Sisa morfologi yang paling terlihat adalah dengan adanya morfologi Gunung Prau sebagai salah satu pagar dari kaldera tersebut. Sedangkan episode kedua merupakan aktivitas vulkanik yang berkembang di dalam kaldera. Di antaranya adalah Gunung Bisma, kawah tertua yang terpotong membuka ke arah barat. Kemudian Gunung Seroja dengan usia yang lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat, lalu Gunung Nagasari merupakan gunung api komposit berkembang dari utara ke selatan berada di Dieng, Kecamatan Batur. Selanjutnya adalah Gunung Palangonan dan Merdada, memiliki kawah ke arah timur, masih memperlihatkan morfologi muda. Ada juga Gunung Pager Kandang yang memiliki kawah pada bagian utara, Gunung Sileri merupakan kawah preatik, Gunung Igir Binem merupakan gunung api strato dengan dua kawah dan disebut sebagai Telaga Warna serta kawasan Gunung Gringo-Petarangan yang berada di daerah depresi Batur. Letusan kedua menimbulkan terbentuknya morfologi tinggian yang menjadi perbukitan kerucut vulkanik dan morfologi rendahan akibat depresi membentuk suatu cekungan. Perbukitan vulkanik yang dihasilkan membentuk beberapa bukit yang sering dikenal sebagai Bukit Sikunir, Gunung Pakuwaja, Gunung Bisma dan Komplek Batu Ratapan Angin. Kemudian dari morfologi rendahan yang dihasilkan terisi oleh air yang membetuk beberapa telaga yang kita kenal sebagai Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Dringo, Telaga Sewiwi Sementara pada episode ketiga adalah fase aktivitas gunung api yang menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik, dan aktivitas hidrotermal. Ada sembilan titik erupsi di kaldera Dieng yang menghasilkan lava dome dan lava flow biotit andesit. Seperti di Sikidang dan Legetang, Pakuwaja, Sikunang, Dome Perambanan dan lainnya. baca juga Purwaceng “Viagra of Java” Hanya Hidup di Dieng. Benarkah? Kawasan datar di wilayah Bukit Pangonan, kawasan dieng, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Para ahli vulkanologi juga mencatat bahwa dataran tinggi Dieng terjadi sejak 3,6 juta tahun yang lalu sampai sekitar tahun silam. Ada fase meletusnya Gunung Prau, kemudian disusul letusan-letusan di wilayah kaldera, serta paling muda mulai tahun lalu berupa letusan kerucut vulkanik di bagian selatan Dieng. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip, mengatakan kawah-kawah yang masih aktif di dataran tinggi Dieng harus terus dipantau oleh pos pengamatan. Ada belasan kawah yang harus dipantau. “Kami memantau kawah-kawah di wilayah tiga kabupaten yakni Batang, Wonosobo, dan Banjarnegara. Laporan harian biasa kami buat,” katanya. Meski ada sejumlah kawah yang dibuka untuk destinasi wisata, tetapi pos pengamatan harus terus melakukan pemantauan, karena kawah tersebut masih tetap aktif. Bahkan, kadang ada letusan meski sifatnya freatik. Kejadian terakhir adalah letusan Kawah Sileri pada April 2018 lalu. Letusan itu kecil, hanya menjangkau sekitar 100-200 meter sekitar kawah. Letusan yang sama terjadi pada 2 Juli 2017 yang membuat sejumlah wisatawan luka-luka. Menurut Surip, yang lebih perlu diwaspadai dari kawah-kawah aktif di dataran tinggi Dieng, adalah gas beracun. Kalau letusannya, sifatnya hanya freatik dan bukan erupsi yang besar. Berdasarkan data dan sejarah letusan, sejumlah kawah di Dieng berkali-laki meletus. Tetapi paling besar dampaknya, berdasarkan sejarah yang tercatat adalah letusan Kawah Sinila yang menyemburkan gas beracun pada 20 Februari 1979. Setidaknya 149 korban meninggal kala itu. menarik dibaca Mengikuti Ritual Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng, Ini Ceritanya Pagi di salah satu perbukitan di Kawasan Dieng, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Selain itu, gempa bumi dan letusan yang terjadi di Kawah Sileri pada 1944 menyebabkan 59 orang meninggal, 38 luka-luka dan 55 orang hilang. Korban jiwa juga tercatat ketika terjadi letusan di Kawah Batur pada tahun 1939 dengan korban jiwa 5 orang. Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG mencatat sejarah letusan sejak tahun 1450 di Pakuwaja. Selain Pakuwaja, Sinila, Batur, dan Sileri ada beberapa kawah lain yang pernah meletus yakni Sikidang, Siglagak, Candradimuka atau Telaga Dringo, Kawah Dieng Kulon dan Kawah Sibanteng. “Sampai sekarang, gas beracun menjadi salah satu ancaman dari kawah-kawah di Dieng. Sedikitnya ada tiga gas yang keluar dari kawah yakni CO2, H2S dan SO2. Sampai sekarang, kami juga memantau kadar gas yang keluar dari kawah,”jelas Surip. Surip mengatakan masing-masih kawah memiliki kamar magma sendiri-sendiri, sehingga meski berdekatan, kawah yang satu tidak terpengaruh aktivitasnya dengan kawah lainnya. “Telah beberapa kali terjadi, misalnya Kawah Sibanteng meletus, tetapi Kawah Sikidang yang hanya berjarak 100 meter tidak ada persoalan. Sehingga kemungkinan memang masing-masing kawah mempunyai kamar magma yang berbeda. Jadi pengamat di sini harus paham benar masing-masing kawah, karena memiliki karakteristik,”ujarnya. Secara rutin, pos pengamatan terus memberikan informasi kepada para pengelola wisata, khususnya di kawah yang dikunjungi wisatawan. Bahkan, jika ada yang aktif, maka kemungkinan kawah akan ditutup, atau pengunjung tidak boleh mendekat dalam radius tertentu. baca juga Kopi Ini Sukses Satukan Ekonomi, Konservasi dan Mitigasi Kawasan Dieng, Jateng, juga kaya potensi panas bumi. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Beberapa waktu lalu, sempat muncul ide mengenai kawasan Dieng menjadi Geopark kelas dunia. Bahkan, sejumlah pertemuan pernah melakukan pembahasan soal usulan itu. Meski sampai sekarang belum ada kelanjutannya lagi. Dieng menjadi kawasan yang kaya akan budaya, hayati, dan sejarah geologi. Itulah mengapa banyak pihak yang berharap jika Dieng jadi Geopark dunia. Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa Alif Faozi mengungkapkan sebetulnya sudah cukup lama ada ide mengenai Dieng yang akan dijadikan Geopark. “Dan sebenarnya Geopark akan menjadi brand’ yang memiliki kelebihan karena disebut sebagai taman bumi. Bagi kami, tentu sangat mendukung adanya ide tersebut. Hanya saja, perlu ada koordinasi dari seluruh pelaku kepentingan,” katanya. Konsep Geopark di Dieng itu sama dengan misi Dieng Pandawa yang mengusung “sustainable tourism”. “Karena itu saya kira harus diperkuat juga manajemen tata kelola obyek wisata yang ada di Dieng agar bisa saling bersinergi. Jangan sampai belum sinerginya pengelola wisata akan menjadi bumerang bagi brand’ Geopark,” ujarnya. Artikel yang diterbitkan oleh
Salahsatu kewajiban manusia adalah menjaga lingkungan alam. Salah satunya melalui konservasi lingkungan alam. Karena daerah dataran tinggi pada umumnya memiliki udara yang bersih, sejuk, dan segar. Contohnya dataran tinggi Dieng, di Wonosobo Jawa Tengah. 5. Masyarakat Dataran Rendah. Kita harus membiasakan pola hidup bersih dan sehat
ArticlePDF AvailableAbstractKeunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Zam Zam Masrurun, Dyah Meutia Nastiti zamzammasrurun Abstract The uniqueness and nature beauty of Dieng Plateau has attracted tourist visit from local to overseas. This research is aimed to identify travel patterns in Dieng Plateau. The result here shows that Dieng Plateau travel patterns are yet centralized in core zone area which are located in the surrounding tourist object near Warna Lake, Pengilon Lake, and Arjuna Temple. These formed travel patterns is affected by several factor such as the type and characteristics of tourist, tourism site attractiveness, accessibilities, tourism actors and services also duration and activities. As for, most of the tourist visit to Dieng Plateau was identified as a domestic tourist that has projected to increase in the following years. In contrast with that, overseas tourist is projected to be decreased continually. Keywords travel pattern, tourism, Dieng Plateau Abstrak Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Kata kunci Pola Perjalanan; Pariwisata; Kawasan Dataran Tinggi Dieng Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia 2 Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pendahuluan Dieng merupakan daerah dataran tinggi yang berada di Jawa Tengah dan terletak diantara dua wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Berada di ketinggian lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut mdpl, keunikan budaya dan keadaan alam yang indah menjadikan kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata yang diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Daya tarik wisata di Dataran Tinggi Dieng berupa wisata alam seperti bukit sunrise dan telaga warna, atraksi budaya berupa tradisi masyarakat seperti ritual/upacara ujungan dan ruwat rambut gembel, serta pariwisata budaya berupa situs purbakala kompleks candi Hindu sebagai ikon pariwisata di Dieng. Secara historis, sejak abad VII Masehi sebelum masuknya agama islam, Dieng pada masa lampau merupakan salah satu pusat peradaban Hindu. Menurut Soehadha 2013348, keberadaan situs Candi Arjuna menjadi bukti bahwa pada abad VII kawasan Dieng adalah salah satu pusat peradaban Hindu di Jawa. Dieng dikenal sebagai kawasan bersuhu dingin dan menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN. Kawasan dataran tinggi Dieng ini merupakan ikon serta menjadi kawasan poros sebagai penarik dan penggerak bagi kawasan wisata disekitarnya Andriyani, 2009 3. Menurut Wahyudi 2010 4, sejak memasuki pasar wisata global pada tahun 1970 Dieng telah memiliki positioning sebagai the Nepal of Indonesia, karena memiliki bangunan candi-candi Hindu, serta letaknya di tengah hutan pegunungan yang lebat dan berhawa sangat dingin. Sejak saat itu wisatawan mancanegara mulai mengunjungi kawasan Dieng, terutama wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta akan menetapkan Dieng sebagai salah satu tujuan kunjungan, disamping Borobudur, Prambanan dan Surakarta. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk dapat diketahui pola-pola kunjungan wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Hal tersebut disebabkan oleh karena berkembangnya pariwisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng tentu memberikan dampak yang luas dan signifikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai pola perjalanan berikut diharapkan dapat mendorong pengembangan model pola perjalanan, sehingga meningkatkan lama tinggal wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Tinjauan Pustaka Menurut Prakoso 2016, Travel Pattern atau pola perjalanan wisata adalah suatu pola perjalanan yang disusun melalui identifikasi, pemetaan potensi, keanekaragaman daya tarik wisata, serta fasilitas pendukung, aksesibilitas, dan lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata. Penyusunan pola perjalanan juga telah diatur pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Pasal 5 Ayat 1. Maksud dari penyusunan atau perencanaan pola perjalanan wisata yaitu a Pola perjalanan yang disusun dalam rangka memfasilitasi motivasi kunjungan wisatawan ke suatu kawasan wisata yang berkonsep kelanjutan misalnya desa wisata, b Melalui identifikasi dan pemetaan potensi dan keanekaragaman daya tarik wisata kawasan tersebut dan/ atau kombinasinya dengan daya tarik wisata lain sebagai “pengikat” ataupun komplementer, c Dilengkapi dengan identifikasi terhadap aktifitas Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng kunjungan, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas, serta ilustrasi lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata untuk memberikan gambaran rencana perjalanan bagi wisatawan. Komponen dari pola perjalanan diantaranya menurut Prakoso 2016, ialah 1 Daya tarik wisata, yakni segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, 2 Aksesibilitas atau sarana dan prasarana adalah semua jenis sarana prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata transportasi darat, laut, udara, penyeberangan, 3 Jasa atau pelaku pariwisata, yakni unsur pelaksana atau jasa terkait yang berfungsi sebagai operator pelayanan kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata tour operator, pemandu wisata, pengelola usaha transportasi, dan lain sebagainya, 4 Durasi dan aktifitas, yakni rentang waktu diperlukan dan aktifitas yang dilakukan wisatawan dalam melakukan kunjungan perjalanan wisata atau program kegiatan. Metode Penelitian Lokasi pada penelitian ini berada pada Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng yang berada pada wilayah administratif Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Teknik pengumpulan data dan informasi yang di lakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara mendalam dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan triangulasi data berdasarkan observasi di lapangan, wawancara mendalam kepada pengelola-pengelola usaha perjalanan wisata di kawasan, serta studi literatur. Hasil dan Pembahasan Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Wisatawan yang berkunjung ke Kawasan dataran tinggi Dieng terdiri atas wisatawan mancanegara dan nusantara. Adapun jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara wisnus maupun wisatawan mancanegara wisman dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung fluktuatif. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisnus Disparbud Wonosobo, 2018 Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Disparbud Wonosobo, 2018 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Jumlah wisatawan nusantara meningkat pada tahun 2016 dan 2018, namun menurun pada tahun 2017. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Proyeksi Laju Pertumbuhan Wisatawan ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Jumlah kunjungan wisatawan di atas menjadi dasar dalam melakukan proyeksi jumlah kunjungan wisatawan dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. Jumlah kunjungan wisatawan teridentifikasi dari jumlah wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata di kawasan dataran tinggi Dieng yaitu Dieng Plateau Theater, Lembah Dieng dan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Adapun jumlah wisatawan tersebut per tahun secara time series ditunjukkan sebagai berikut. Gambar 3. Grafik Perbandingan Wisnus dan Wisman Disparbud Wonosobo, diolah, 2019 Jumlah wisatawan eksisting tersebut diproyeksikan dengan menghitung laju pertumbuhan wisatawan selama empat tahun. Pertumbuhan tersebut menjadi dasar dalam memproyeksikan jumlah wisatawan beberapa tahun berikutnya. Berikut adalah hasil proyeksi jumlah wisatawan dalam jangka waktu 10 tahun kedepan dengan skenario mengikuti tren. TABEL I. Proyeksi Jumlah Wisatawan Nusantara Sumber Analisis, 2019 TABEL II. Proyeksi Jumlah Wisatawan Mancanegara Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Sumber Analisis, 2019 Berikut adalah perbandingan dari proyeksi jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Berdasarkan hasil proyeksi tersebut didapatkan bahwa wisatawan nusantara dalam kurun waktu 10 tahun yaitu hingga tahun 2030 akan bertambah. Laju pertumbuhan wisatawan yaitu 10,3% per tahun. Namun, wisatawan mancanegara diproyeksikan akan mengalami penurunan. Proyeksi tersebut merupakan proyeksi yang dilakukan berdasarkan tren yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan 2015 - 2018. Daya Tarik Wisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kawasan dataran tinggi Dieng memiliki daya tarik wisata yang terdiri dari atraksi alam, budaya dan buatan. Daya tarik wisata menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata. Daya tarik wisata kawasan Dataran Tinggi Dieng dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki masing-masing objek wisata. Adapun kesamaan atraksi tersebut diidentifikasi berdasarkan aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan dan lokasi tujuan atau perjalanan. Adapun jenis-jenis daya tarik wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu a Wisata alam, b Wisata budaya, c Agrowisata, d Desa wisata, e Wisata buatan, dan f Wisata minat khusus. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng secara eksisting terkumpul di zona utama kawasan wisata ring 1 kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu Tuk Bimalukar, Wanawisata Petak 9, Telaga Warna, Telaga Pengilon, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin, Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Candi, Museum Kailasa dan Kawah Sikidang, serta objek daya tarik wisata yang berkembang pada wilayah-wilayah disekitar kawasan seperti Kawasan Telaga Menjer, Agrowisata Perkebunan Teh, Desa-desa Wisata, hingga perkembangan wisata minat khusus seperti paralayang dan tubing river di daerah di luar kawasan Dataran Tinggi Dieng. Konektivitas, Moda dan Sistem Transportasi Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kemudahan aksesibilitas menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam pengembangan kawasan pariwisata. Akses yang mudah akan menarik wisatawan lebih banyak sehingga jumlah kunjungan dapat meningkat. Kemudahan akses ini dapat diidentifikasi dari keberadaan jalan eksisting, sarana pelengkap jalan, dan ketersediaan moda transportasi untuk mengakses lokasi. Akses menuju kawasan Dataran Tinggi Dieng dapat dilalui melalui berbagai rute dan jarak tempuh menggunakan transportasi umum darat dan udara yaitu 1 Melalui jalur kereta api, jarak ke stasiun a Dieng – Stasiun Purwokerto yakni dengan jarak 116 kilometer km, b Dieng – Stasiun Tugu Yogyakarta berjarak 112 km; 2 Melalui jalur udara yaitu pesawat, jarak ke bandara a Dieng – Bandara Adisucipto dengan jarak 117 km, b Dieng – Bandara Adisumarmo berjarak 147 km, c Dieng – Bandara Ahmad Yani memiliki jarak 113 km; 3 Melalui jalur darat bus, jarak ke terminal a Dieng – Terminal Mendolo Wonosobo memiliki jarak 29 km, b Dieng – Terminal Jombor Yogyakarta memiliki jarak 107 km, c Dieng – Terminal Magelang memiliki jarak 70 km, d Dieng – Terminal Bus Tingkir Jalan Raya Salatiga-Solo = ±95 km. Gambar 7. Peta Aksesibilitas Menuju Dataran Tinggi Dieng dari Berbagai Daerah Analisis Penulis, 2019 Kemudahan aksesibilitas kawasan Dataran Tinggi Dieng akan berpengaruh pada integrasi antar objek wisata, aksesibilitas yang mudah dan memadai diperlukan agar kawasan pariwisata dapat saling terintegrasi. Akses jaringan jalan menuju Dataran Tinggi Dieng dilalui oleh jalan Provinsi Jawa Tengah yang tersambung hingga ke Kabupaten Banjarnegara. Jalan utama berupa jalan provinsi ini kemudian bercabang ke jalan-jalan kabupaten dan jalan desa untuk menuju ke berbagai objek wisata yang letaknya tidak di sepanjang jalan provinsi. Kondisi jalan tersebut sudah beraspal dan dapat dilalui dengan mudah. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Gambar 8. Peta Jaringan Jalan Kawasan Dataran Tinggi Dieng Analisis Penulis, 2019 Pola Perjalanan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola perjalanan yang terbentuk di Kawasan dataran tinggi Dieng diidentifikasi berdasarkan hasil observasi lapangan oleh tim dan paket-paket perjalanan eksisting dari pelaku usaha wisata. Hasil ini juga sudah mencakup aspek-aspek observasi yang mempertimbangkan daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Pola perjalanan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng saat ini masih berfokus pada objek-objek wisata di Ring 1 satu yakni Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng seperti Telaga Warna Telaga Pengilon TWTP, Bukit Sikunir, Telaga Cebong, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin maupun Perkebunan Teh Tambi dan beberapa objek lainnya apabila waktu perjalanan cukup panjang. Berikut adalah beberapa pola perjalanan wisatawan menurut estimasi waktu kunjungan 1 Sikunir – Candi Arjuna Dieng – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 2 Gunung Prau – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 3 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna Dieng - Kawah Sikidang – DPT – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 4 Gardu Pandang Tieng – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Sikunir – Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 5 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Gunung Prau - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 6 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP - Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari dua hari wisata; 7 Museum Kailasa - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP –Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang – Sumur Jalatunda – Kawah Sileri – Telaga Merdada dalam perjalanan lebih dari tiga hari wisata. Berdasarkan identifikasi berbagai pola perjalanan, didapatkan bahwa sebagian besar perjalanan wisatawan masih terpusat pada ring 1. Ring 1 yang dimaksud adalah zona utama di Kawasan Dataran Tinggi Dieng di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Objek-objek wisata lain juga menjadi tujuan wisata namun tidak menjadi tujuan utama. Gambar 9. Pola Perjalanan Wisatawan Dataran Tinggi Dieng Analisis, 2019 Adapun simpulan dari pola perjalanan wisatawan Kawasan Dataran Tinggi Dieng digambarkan dalam gambar 9 pada peta di bawah. Warna merah menunjukkan pusat wisata dan warna abu-abu menunjukkan objek-objek wisata lain yang juga dikunjungi wisatawan disamping objek wisata utama. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Warna abu-abu menunjukkan objek wisata yang umumnya dikunjungi apabila pola perjalanan lebih dari satu hari. Kesimpulan Dataran tinggi Dieng menunjukkan perkembangan perjalanan wisatawan yang cukup signifikan. Jumlah kunjungan dan proyeksi pada kunjungan wisatawan nusantara mengalami peningkatan. Namun, tidak terjadi pada jumlah dan proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara. Perkembangan daya tarik juga menunjukkan keberagaman atraksi dan lokasi di luar kawasan dataran tinggi Dieng. Perkembangan dan pola perjalanan wisatawan yang terbentuk ke kawasan dataran tinggi Dieng juga dipengaruhi oleh jenis wisatawan yang berkunjung, yakni sebagian besar kunjungan adalah wisatawan nusantara. Pola kunjungan wisatawan saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Daftar Pustaka Andriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018 Kementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1 Prakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364 Wahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di WonosoboD AndriyaniAndriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorKementerian PariwisataKementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta SoehadhaA A PrakosoPrakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. TesisWahyudiWahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro
Informasisumber daya lokal yang diperoleh pada usahatani sayuran dataran tinggi di dataran tinggi dieng meliput: 1). sumber daya alam, sumberdaya ini meliputi lahan tanam dengan jenis tanah dan lingkungan alam yang sesuai untuk usahatani sayuran dataran tinggi; 2). Sumberdaya manusia meliputi sikap petani yang mendukung
Dataran tinggi Dieng adalah objek wisata yang menarik hati. Ada banyak candi serta tempat asyik untuk dikunjungi demi refreshing. Mulai dari pemandian air panas, savana, sampai menuju gunung tetapi, tahukah kamu kalau dataran tinggi Dieng yang berada di mdpl ini dulunya merupakan gunung besar yang bahkan lebih tinggi dari Gunung Sindoro? Berikut ini beberapa Gunung Dieng merupakan gunung kuno yang sudah pasifPemandangan gunung yang bisa dilihat saat menuju ke Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoKalau kamu pernah berkunjung ke Dieng, kemungkinan besar kamu pernah mengunjungi kawah-kawah yang ada di sana. Mulai dari Kawah Sileri sampai Kawah Sikidang. Keberadaan kawah-kawah ini menunjukkan bahwa Dieng berada di area gunung berapi. Belum lagi masih ada aktivitas letusan di Yuliawan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Dieng menjelaskan walaupun ada aktivitas gunung berapi tersebut, tidak berarti Dieng berada di kawasan gunung berapi aktif. Situasi ini bisa dilihat dari letusannya yang tak lagi berupa lava, melainkan gas. “Gunung Dieng masuk dalam kategori gunung tua. Itu menjadikan tekanan magma di sini sudah lemah. Ia tidak ada potensi meletus seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud yang meletus di 2014,” terang Aziz menjelaskan aktivitas gunung berapi di dataran tersebut. Diperkirakan pada zaman dulu, Gunung Dieng jauh lebih tinggi dan punya ledakan yang mengerikan. Jika dibandingkan dengan letusan Gunung Merapi pada 2004, yang memiliki volcanic explosion index VE di angka empat, kekuatan gunung Dieng jauh lebih kuat. Hal tersebut diperkirakan dengan ditemukannya spesimen batuan vulkanis milik gunung itu yang ditemukan di Semarang. “Kalau melihat diameter bukit yang mengeliling Dieng, kamu bisa membayangkan sendiri betapa tinggi dan kuat Gunung Dieng ini. Bahkan tingginya bisa melebihi Gunung Sindoro,” terang pengawas aktivitas vulkanik Dieng tersebut. 2. Terdapat monumen bencana alam di sanaMonumen bencana alam yang terletak di Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoDalam artikel situs Gunung Dieng masuk dalam kategori gunung api tipe A, yaitu gunung api yang punya catatan sejarah letusan sejak 1600. Tidak ada sejarah yang detail terkait hal ini, namun terdapat monumen bencana alam di sana yang memberikan catatan aktivitas letusan pada abad monumen bencana tersebut, terdapat catatan mengenai tahun terjadinya bencana, lokasi, bentuk dari bencana tersebut, hingga jumlah korban. Berdasarkan catatan jumlah korban tewas di monumen itu, bencana paling mematikan terjadi pada 1954 di Kawah Sileri yang sampai menewaskan 450 jiwa. Hal itu disebabkan adanya longsor yang membumiratakan satu desa. “Yang paling lama catatan bencana di monumen ini adalah 1776. Catatan itu diambil dari dokumen lama Belanda, membuktikan bahwa di masa lalu Dieng pernah meletus hebat,” ujar Dhimas Ferdhiyanto, guide dari Dieng Travel yang menemani saat menjelajahi Dieng. 3. Mengenang kembali tragedi Kawah SinilaBeberapa kawasan di Dieng yang dilarang untuk disinggahi. IDN Times/Abraham HerdyantoDari seluruh bencana yang tercatat, satu tragedi yang paling dikenang penduduk setempat adalah tragedi Kawah Sinila. Bencana alam yang terjadi pada 1979 ini menewaskan 149 orang. Bukan karena gempa, bukan karena longsor, bukan pula karena letusan lava, melainkan karena tercekik gas penduduk desa Kepucukan merasakan gempa bumi akibat letusan gunung Sinila hingga membuat mereka segera melakukan evakuasi ke arah timur yang morfologi permukaannya lebih tinggi. Saat melakukan perjalanan evakuasi, penduduk desa terjebak akibat terputusnya jembatan di sana akibat lahar Sinila yang desa Kepucukan pun kembali ke desanya untuk berkumpul sementara dan terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berisi 147 warga memilih mengungsi ke arah selatan yang merupakan pusat keramaian. Mereka tidak tahu bahwa di area tersebut terdapat lembah yang dapat menjebak gas beracun dan tiba di lembah tersebut, para warga mulai tercekik akibat gas beracun tersebut dan tak sadarkan diri. Dua warga Batur yang bersedia menjadi relawan mencoba membantu dan menyelamatkan warga tersebut. Akan tetapi kedua orang itu juga terjebak dan meninggal di sana. Total korban tragedi Kawah Sinila menjadi 149 orang. Baca Juga 11 Orang Pertama yang Sukses Mendaki Puncak Gunung Tertinggi 4. Tak adanya edukasi vulkanologi pada saat itu yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa saat bencana alamPemandangan dari atas Kawah Sikidang IDN Times/Abraham HerdyantoMenurut pengamatan Aziz, tragedi ini terjadi akibat belum adanya edukasi akan bahaya letusan gunung berapi saat itu. “Sebelum tragedi Kawah Sinila, kejadian terakhir terjadi pada 1928. Jauh waktunya dari kemunculan penduduk Kepucukan.” Aziz menjelaskan lebih lanjut bagaimana kemunculan gas beracun itu. Berdasarkan informasi Aziz, letusan gas keluar dari celah-celah yang ada di permukaan tanah. Saat mengalami tekanan dan panas yang tinggi, gas tersebut akan mencari celah untuk keluar. Hal ini yang menyebabkan keluarnya gas beracun. “Untuk sekarang, kita bisa mengetahui titik-titik mana saja yang celah permukaannya lemah dan kawah-kawah itu salah satunya.” Kondisi Dieng saat berkabut di petang hari IDN Times/Abraham HerdyantoSeperti air, gas mengalir dari atas ke bawah. Saat berada di ketinggian, gas-gas beracun itu tentu akan menuruni lereng bukit. Dalam kasus tragedi Kawah Sinila, lembah menjebak dan mengumpulkan gas tersebut. Belum lagi tak ada sinar matahari yang sebenarnya mampu membuaikan dan menetralkan gas beracun alasan mengapa Dieng tak memiliki wisata malam. Tujuannya tak lain untuk menghindari jatuhnya korban jiwa akibat keracunan gas. “Sangat susah membedakan mana yang kabut, mana yang gas beracun. Secara warna pun tak ada perbedaan,” ujar anggota BMKG Masyarakat Dieng hidup di atas dua sistem gunung berapiDiorama dataran tinggi Dieng yang menunjukkan sistem gunung berapi di sana. IDN Times/Abraham HerdyantoPermasalahan bencana alam yang dialami penduduk Dieng bukanlah tanpa sebab. Tidak seperti penduduk gunung lainnya yang tinggal di lereng gunung, Aziz menjelaskan bahwa tempat tinggal penduduk Dieng berada di atas sistem gunung berapi. Itu yang menjadikan mengapa Dieng cukup sering mendapatkan letusan gunung berapi yang ditinggali warga Dieng tak hanya satu, melainkan dua sistem. Satu sistem datang dari Gunung Butak Butaran dan satu lagi dari Gunung Dieng. “Ini yang menjadikan beberapa titik di Dieng ada yang banyak mengalami letusan, sedangkan di titik lainnya tidak. Kalau dilihat, area baratlah yang lebih banyak mengalami letusan.”Permasalahan letusan ini disebabkan oleh tidak stabilnya geotermal pada sistem gunung berapi. Untuk kasus Dieng, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Mulai dari aktivitas tektonik guncangan gempa yang besar, longsor pernah terjadi pada 2009 di kawasan Sikidang dan Patak Banteng, serta aktivitas manusia debris pembentukan kebun masuk ke kawah.6. Di sisi lain, hidup di gunung berapi juga menguntungkan wargaPemandangan perkebunan kentang di salah satu area Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoHidup di atas sistem gunung berapi tidak sepenuhnya buruk bagi warga Dieng. Banyak manfaat lain yang didapat oleh mereka. Selain bisa menjadi objek wisata dataran tinggi, penduduk Dieng mendapatkan tanah yang selalu subur dan cukup mudah ditanami berbagai jenis terbukti dengan adanya kebun kentang di area Kawah Sileri. Tak hanya itu, mereka juga mampu menanam buah carica, buah pepaya gunung yang menjadi ciri khas warga Dieng, yang hanya bisa ditanam di beberapa lokasi di dari agrikultur, masyarakat Dieng juga mampu menciptakan wisata pemandian air panas alami. Air panas itu tercipta akibat keberadaan uap panas hasil aktivitas vulkanik di sana. Warga Dieng juga berhasil memanfaatkan uap panas itu sebagai tenaga pembangkit sebagai berkah, entah sebagai musibah, yang jelas warga Dieng hidup beriringan dengan aktivitas gunung berapi. Cobalah pergi ke sana dan mengamati kawah-kawah di sana. Kamu bisa belajar banyak seputar sains di objek wisata tersebut. Baca Juga 4 Gunung di Indonesia yang Letusannya Berdampak ke Seluruh Dunia
Berdasarkanpilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: C. Faktor Alam. Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban C benar, dan 0 orang setuju jawaban C salah. Berikut Ini yang bukan termasuk faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia faktor alam. Pembahasan dan Penjelasan
Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan.
Didalam analisis Disusun oleh: Salmani, ST, MS, MT. f86 DIKTAT ILMU LINGKUNGAN dampak lingkungan memang sebaiknya arti dampak diberi batasan: perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkiraan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya pembangunan.
- Kondisi alam dan iklim berpengaruh pada berbagai hal yang terjadi di dataran tinggi dan dataran rendah. Kondisi alam dan iklim sangat memengaruhi kehidupan penduduk. Keadaan geografis tersebut di dataran rendah dan dataran tinggi cukup memengaruhi berbagai sisi seperti mata pencaharian, pola makan, sampai ke tata pakaian. Termasuk, jenis masalah lingkungan yang dihadapinya pun berlainan. Pengaruh Kondisi Alam dan Iklim di Dataran Rendah Dataran rendah merupakan daerah datar dengan ketinggian yang hampir sama di semua areanya. Adanya dataran rendah membuat kegiatan manusia sehari-hari menjadi gampang dilakukan. Jenis kegiatannya cenderung lebih dataran rendah, banyak orang melakukan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, hingga industri. Bahkan, tidak jarang sentra bisnis mudah ditemukan di daerah ini. Mata pencaharian penduduk juga beragam mulai dari berdagang, menjadi pegawai, dan dari buku Antara Aku dan Indonesia Kemdikbud 2017, saat masuk musim hujan, sebagian masyarakat mengolah lahan pertanian. Di daerah ini sangat menggantungkan musim untuk bercocok tanam karena lebih sedikitnya sisi berpakaian, umumnya masyarakat memakai pakaian yang lebih tipis. Suhu udara di dataran rendah lebih sering panas seperti halnya di daerah pantai. Rumah pun didesain dengan lebih banyak ventilasi untuk menurunkan suhu tinggi dan memakai genting itu, dataran rendah juga lebih kerap bermasalah dengan banjir. Penyebabnya banyak lahan yang diubah menjadi pemukiman yang membuat area resapan air berkurang sosial yang kerap menjangkiti dataran rendah antara lain pengangguran, polusi, dan penyakit masyarakat lain. Dan, di Indonesia, rata-rata pusat aktivitas penduduk terdapat di dataran rendah dibandingkan pantai atau dataran tinggi. Pengaruh Kondisi Alam dan Iklim di Dataran Tinggi Berbeda dengan dataran tinggi, wilayah ini adalah daerah yang memiliki sistem pegunungan tersusun memanjang dan masih aktif. Tanahnya cenderung subur, memiliki udara sejuk, air masih melimpah pada kondisi hutan yang terjaga, hingga alamnya balik lebatnya hutan di dataran tinggi, memiliki fungsi sebagai penangkap air hujan catchment area. Air ini berguna mencukupi kebutuhan di wilayahnya dan sekaligus mencegah bencana banjir di daerah bawah dari dataran tinggi juga berguna untuk menahan erosi. Alam di dataran tinggi sering pula dijadikan tujuan wisata dan sekaligus tempat perlindungan flora fauna seperti cagar alam atau suaka kondisi alam dan iklim yang ada, maka dengan curah hujan tinggi maupun suhu dingin, pola makan dan cara berpakaiannya berbeda dengan masyarakat dataran rendah. Masyarakat cenderung memilih makanan yang dapat menghangatkan badan. Berpakaian pun memiliki yang lebih tertutup dan itu, bangunan di dataran tinggi memiliki sedikit ventilasi dan atap dari seng. Penggunaan seng untuk menyerap panas matahari sehingga lebih hangat saat berada di dalam rumah di dataran tinggi umumnya menyebar mengikuti lereng. Mereka hidup berkelompok terutama di daerah yang lahannya subur dan cenderung datar. Meski demikian, pekerjaan masyarakat di dataran tinggi tidak melulu menjadi pekerjaan di dataran tinggi selain petani antara lain buruh, pedagang hasil bumi, jasa pariwisata, peternak, hingga pengrajin. Potensi bisnis di daerah tersebut cukup beragam. Misalnya, adanya perkebunan dan keadaan alam yang memikat, menjadi magnet untuk pengembangan sektor pariwisata. - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Ibnu Azis
PercandianArjuna Dataran Tinggi Dieng. Dataran Tinggi Dieng, merupakan salah satu tempat wisata yang menarik. Selain Gunung Prau yang menawarkan keindahan sunrise, Dieng juga menawarkan wisata sejarah, berupa area candi Hindu beraliran Siwa yang dikenal dengan Kompleks Percandian Arjuna. Di Kompleks berketinggian 2.000 mdpl ini terdapat Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi
- Beberapa hari belakangan ini, Dieng sedang menjadi pembicaraan di media sosial lantaran suhu dingin yang melanda, hingga menimbulkan embun es. Fenomena suhu dingin ini merupakan fenomena alamiah yang pada umumnya terjadi di bulan-bulan musim kemarau, rentang Juli hingga September. Begitu kata Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani kepada Tirto, Selasa 26/7. Suhu dingin sebenarnya tidak hanya melanda Dieng, namun di wilayah Pulau Jawa hingga NTT. Fenomena ini, menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Dieng dan menyaksikan langsung embun es dan merasakan dinginnya suhu di sana. Lalu, di manakan letak Dieng dan apa saja rekomendasi wisata di sana? Baca juga Jadwal dan Rangkaian Acara Dieng Culture Festival 2022 Penyebab Cuaca Dingin Hari Ini dan Benarkah Dieng Membeku? Di Mana Letak Dieng? Kawasan Dieng adalah adalah salah satu dataran tinggi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng berjarak sekira 9 km dari ibu kota kecamatan atau 26 Km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo. Desa ini terbagi menjadi 8 RT, 2 RW dan 2 Dusun. Seluruh wilayah desa ini berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Rekomendasi Wisata di Dieng Ada banyak destinasi wisata yang bisa dikujungi oleh para wisatawan, mulai dari gunung, bukit, kawasan Candi, telaga, dan lainnya. Berikut ini rekomendasinya. 1. Gunung Prau Gunung Prau. foto/IStockphotoBagi Anda para pendaki, pasti sudah tidak asing dengan Gunung Parahu atau yang dikenal dengan nama Prau, yang memiliki tinggi mdpl. Gunung Prau menjadi salah satu tujuan bagi para pendaki dari berbagai wilayah. Gunung ini merupakan tapal batas antara empat kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Pemandangan dan keindahan alamnya, menjadi salah satu daya tarik para wisatawan. Puncak dari gunung Parahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat dijumpai pada puncaknya. Gunung ini menjadi salah satu tujuan pendakian utama di Dataran Tinggi Dieng sebagai salah satu spot sunrise favorit bagi wisatawan. Hutan di lereng gunung Parahu yang mengarah ke Kendal dan Batang, merupakan hutan lebat dan terdapat tumbuhan kantong semar pitcher plants endemik Jawa yaitu Nepenthes gymnamphora yang banyak tumbuh bersama dengan pakis resam Glichenia linearis. Di sekitar puncak ditemui bunga edelweiss jawa Anaphalis maxima dan Anaphalis longifolia. 2. Bukit Sikunir Bukit Sikunir. foto/IStockphotoDestinasi lain yang tak kalah menarik utnuk dikunjungi adalah Bukit Sikunir. Dilansir dari laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo, Bukit Sikunir Dieng adalah bukit kecil fenomenal yang terletak di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng pada ketinggian mdpl. Tepatnya sebelah Timur Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Bukit Sikunir sangat terkenal dengan Golden Sun Rise nya yang sangat indah dan memanjakan mata. Waktu yang tepat untuk melihat Golden Sikunir yaitu pada musim kemarau antara Juli hingga Oktober. Pada bulan-bulan ini cuaca jarang mendung dan kabut tidak tebal. Ini adalah waktu terbaik untuk mendapatkan spot warna keemasan Golden Sunrise Sikunir dengan jelas. Cara menuju ke Desa Sembungan tempat Bukit Sikunir berada yaitu bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan seperti angkot atau ojek. Jarak dari kota Wonosobo ke Dieng memakan waktu sekitar 50 menit dengan kendaraan. Waktu yang tepat untuk melakukan pendakian ke bukit Sikunir pukul dini hari, agar Anda bisa menyaksikan keindahan matahari terbit. Untuk memasuki Kawasan Wisata Bukit Sikunir Anda hanya dikenai biaya tiket masuk hanya per orang. 3. Telaga Warna Telaga Warna. foto/istockphotoTelaga Warna bisa jadi salah satu rekomendasi jika Anda sedang berkunjung ke Dieng. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya. Cara menuju ke Telaga Warna yaitu Anda bisa melewati pusat Kota Wonosobo dengan Jarak sekitar 27 Km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit menggunakan kendaraan. Harga tiket masuk ke Telaga Warna yaitu sebesar per orang. Sementara itu untuk retribusi parkir yaitu sebesar untuk sepeda motor dan untuk mobil. 4. Komplek Candi Dieng Candi Dieng. foto/IstockphotoKompleks Candi Dieng adalah salah satu kumpulan candi-candi Hindu yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Mengutip situs Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m. Kumpulan Candi Dieng ini beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Kompleks Candi Dieng terdiri dari 8 bangunan. Para ahli memperkirakan bahwa Candi Dieng dibangun melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, dan Candi Gatotkaca, diperkirakan dilakukan akhir abad 7 hingga abad 8. Pembangunan berlanjut pada tahap kedua sampai sekitar tahun 780 M. Cara menuju lokasi Candi Dieng yaitu melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Harga Tiket Masuk Kompleks Candi Dieng Harga tiket masuk ke lokasi Candi Dieng berkisar antara hingga per orang. 5. Kawah Sikideng Landscape Kawah Sikidang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat 3/8/2018. Kawah Sikidan adalah salah satu kawah yang letaknya paling dekat dengan komplek Candi Arjuna, Dieng. WilanderDestinasi wisata lain di Dieng adalah Kawah Sikideng, yang merupakan lapangan perkawahan di Dataran Tinggi Dieng yang berada paling dekat dengan kawasan percandian Dieng, mudah dicapai, dan dinikmati karena terletak di tanah datar, sehingga juga menjadi kawah yang paling dikunjungi wisatawan. Tapaknya berada di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara. Posisinya berada di sebelah timur dari Bukit Pangonan, berdekatan dengan Kawah Sibanteng dan Kawah Upas-Luwuk. Harga tiket masuk ke wisata Kawah Sikideng yaitu sebesar Selain ke Kawah Sikideng, pengunjung juga bisa berkunjung ke Candi Arjuna tanpa harus membeli tiket. Cara Menuju Lokasi Candi Dieng Anda bisa berkunjung ke Dieng, melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Baca juga Tempat Wisata Glamping Buat Liburan Keluarga di Jabar, Jateng, Bali Kompleks Candi Dieng, Harga Tiket Masuk dan Cara Menuju ke Lokasi Mengenal Lokasi Wisata di Belitung, Pantai, Danau, hingga Geosite - Pendidikan Penulis Yandri Daniel DamaledoEditor Yantina Debora
PolaPemukiman Penduduk, Daerah Pantai, Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah 22.37. Berikut adalah pembahasan tentang: Pola pemukiman penduduk, daerah pantai, dataran tinggi, pegunugan. Persebaran Pemukiman Penduduk di Berbagai Bentang Lahan Manusia hidup di permukaan bumi yang terdiri atas berbagai macam bentang lahan. Setiap bentang lahan
Jakarta - Dataran tinggi adalah bentuk wilayah dataran bumi yang relatif datar. Dataran tinggi disebut juga dengan plateau atau daratan adalah bagian dari permukaan bumi berbentuk padat, dan tidak digenangi oleh dari modul Geografi Kelas XI oleh Cipta Suhud WIguna, bentuk muka bumi pada wilayah daratan dapat berupa pantai, dataran rendah, pegunungan, gunung, dataran tinggi, dan dataran tinggi terbentuk dari adanya desakan dari dalam bumi. Berdasarkan Ensiklopedia Britannica, pembentukan dataran tinggi membutuhkan salah satu proses tektonik yang akan menciptakan pegunungan vulkanisme, pemendekan kerak dengan melipat lapisan batuan, dan ekspansi termal penggantian litosfer mantel dingin oleh astenosfer panas.Ketika litosfer di bawah dipanaskan dengan cepat, maka konsekuensi pemanasan, dan ekspansi termal dari mantel atas akan menyebabkan pengangkatan permukaan di yang terangkat awalnya rendah relief yang menonjol, ketika diangkat ke ketinggian yang relatif seragam akan berelief daratan di Indonesia memiliki ciri-ciri, dan kenampakan yang adalah ciri-ciri dataran tinggi1. Memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan Beriklim sejuk dengan udara yang dingin, dan segarDaerah dataran tinggi berada di daerah pegunungan atau dikelilingi oleh bukit-bukit, sehingga hal tersebut membuat iklim di daerah tersebut Curah Hujan RendahSelain sejuk, ternyata daerah dataran tinggi juga memiliki udara yang terasa kering. Sifat udara yang kering pada dataran tinggi berpengaruh pada jarangnya hujan yang Area pertaniannya dibuat dengan berterasering. Terasering dikenal juga dengan istilah sengkaend atau tanah bertingkat. Ketika detikers berkunjung ke wilayah dataran tinggi, tentu saja kalian akan melihat pemandangan sawah-sawahnya yang dibentuk berterasering bukan?Tujuan dari penggunaan terasering adalah untuk menjaga kestabilan dan memaksimalkan lahan yang miring di lereng gunung/bukit, agar tanaman bisa tumbuh di tempat tersebut. Adanya penggunaan terasering juga dapat mengurangi erosi di daerah dataran Memiliki AmplitudoDataran tinggi cenderung memiliki amplitudo yang cukup besar. Amplitudo atau simpangan suhu adalah perbedaan suhu yang terjadi, karena adanya kenaikan dan penurunan rata-rata suatu Dataran Tinggi Daerah dataran tinggi di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk bidang pertanian hortikultura seperti lahan perkebunan teh, kopi, kina obat untuk malaria, bunga, sayuran, dan sebagainya. Selain dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, daerah dataran tinggi juga sering dimanfaatkan sebagai pilihan tempat persinggahan untuk beristirahat sekaligus banyak dijadikan objek wisata oleh yang beriklim sejuk, membuat aktivitas dan pekerjaan penduduk di dataran tinggi cocok untuk usaha pertanian, perkebunan, perternakan, properti villa, dan hotel, hingga Tinggi di Wilayah IndonesiaBeberapa contoh dataran tinggi yang terdapat di Indonesia adalah - Dataran tinggi Alas di Aceh - Dataran tinggi Bandung di Jawa Barat- Dataran tinggi Puncak Bogor di Jawa Barat- Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah- Dataran tinggi Bone di Sulawesi Selatan- Dataran tinggi Kapuas Halu di Kalimantan Barat- Dataran tinggi Charles Louis di PapuaItulah beberapa ciri-ciri dan manfaat dari dataran tinggi di Indonesia yang siswa perlu ketahui. Simak Video "Antipasi Infiltrasi, Tank Israel Bersiaga di Perbatasan dengan Libanon" [GambasVideo 20detik] lus/lus
Nyamukdemam berdarah yang sebelumnya hanya hidup di wilayah dengan ketinggian di bawah 10.000m, belum lama ini dijumpai di pegunungan Andes di Colombia dengan ketinggian sekitar 23.000m di atas permukaan laut. 4.3.6. Pemanasan Air Laut. Pemanasan bumi menaikkan suhu air Taut danberkonsekuensi terhadap terjadinya badai dan angin topan di laut.
. 72wyj2be4n.pages.dev/25672wyj2be4n.pages.dev/1172wyj2be4n.pages.dev/42972wyj2be4n.pages.dev/27272wyj2be4n.pages.dev/87972wyj2be4n.pages.dev/70672wyj2be4n.pages.dev/2572wyj2be4n.pages.dev/79072wyj2be4n.pages.dev/34672wyj2be4n.pages.dev/69572wyj2be4n.pages.dev/47072wyj2be4n.pages.dev/84672wyj2be4n.pages.dev/7372wyj2be4n.pages.dev/23072wyj2be4n.pages.dev/573
pola hidup manusia di dataran tinggi dieng adalah